Dakwah Memaknai Informasi
Oleh: Dr. Bambang S. Ma’arif
(Dosen dan Peneliti pada Fak. Dakwah Unisba)
Bismillahirrahmanirrahim
Abad ke-21 membawa kita kepada kemajuan yang canggih, namun banyak sisi kehidupannya yang diselimuti oleh kesuraman akal budi. Millenium ketiga menghentakkan manusia karena hadirnya media informasi. Informasi sangat berharga bagi kehidupan manusia, karena menjadi landasan bagi penentuan kebijakan seseorang. Dengan informasi manusia memiliki arah yang jelas untuk mencapai tujuan yang dihendakinya, dan memastikan capaian terbaiknya. Ketiadaan informasi menjadikan individu salah jalan dan terbelakang. Informasi sejatinya baik, namun sering muncul dampak ikutan (intrusi), misalnya, karena dipelintir. Islam mengharuskan kita untuk menyeleksi informasi agar bermakna positif bagi kita.
Islam mengajarkan bahwa informasi merupakan suatu yang penting dengan istilah al-‘ilm atau al-naba-a. Ilmu pengetahuan kita tersusun dari satuan ilmu yang telah teruji. Asalnya diangkat dari pengalaman, yang disistematisasikan dan diuji kemudian dimatangkan lagi sehingga menjadi ilmu pengetahuan. Begitu urgennya ‘menuntut ilmu’, Allah SWT menegaskan bahwa Dia akan mengangkat derajat orang yang beriman dan diberi ilmu (QS. Al-Mujadalah [58]: 11); tidak boleh bersandar kepada sesuatu pendapat tanpa didasarkan kepada ilmu (QS. 17 [al-Isra]: 36). Islam pula mengharuskan kita untuk bertanya kepada ahli ilmu (yang ingat akan kesejatian hidup [ahl ‘l-dzikr], QS. 21:7). Terma yang dipergunakan oleh al-Quran adalah ahl ‘l-dzikr, bukan ahl l-‘ilm; orang yang berilmu semata.
Ayat ini mengisyaratkan kepada kita bahwa ketika kita mendapatkan suatu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka harus dimaknai sebagai sesuatu yang akan menambah kebajikan bagi umat manusia, khususnya umat Islam. Ketika kita mengetahui suatu kenyataan maka kita harus memaknainya sebagai suatu yang akan membawa kebajikan dan keberkahan. Jadi ia melampaui batasan kognitifnya. Kenyataannya banyak orang yang tersesat di jalan ilmu pengetahuannya karena tidak dilandasi dengan kearifan dan kebajikan agama. Dengan ilmu manusia mampu menalar dan meluaskan cakrawala pikirannya sehingga dapat meningkatkan harkat dan martabatnya.
Informasi era now melimpah ibarat air bah, yang dikenal dengan “Tsunami Informasi”. Pada satu sisi informasi yang membanjiri kehidupan kita cukup bermanfaat. Namun, pada sisi lain, sering hadir informasi yang kurang bermanfaat karena disimpangkan. Setiap diri harus menyeleksi informasi yang datang dan memastikan bahwa itu bermanfaat. Sebagian informasi itu bersifat hiburan (joyful) semata. Dakwah mengendalikan informasi untuk dimaknai agar berkah dan bermanfaat. Kriteria untuk menyeleksi suatu informasi perlu dikemukakan di sini, yaitu: 1) kredibilitas sumber, 2) logika informasi, dan 3) kebermanfaatan informasinya. Bila kita mengetahui bahwa informasi tersebut tidak benar dan bermanfaat maka kita berhenti dari menyebarluaskannya. Melalui spirit dakwah kita rangkul informasi sebagai satu sarana untuk perbaikan kualitas ibadah dan amal perbuatan kita, khususnya ibadah ghairu makhdlah. Karena Kehidupan ini ada batas dan pertanggungjawabannya maka informasi mesti bermakna bagi kehidupan, sehingga mampu meningkatkan harkat dan derajat umat Islam; untuk kemajuan peradabannya. Kita senantiasa berpegang teguh kepada al-Quran dan sunnah Rasulullah Saw. untuk menggapai Ridha Ilahy.